Bangunan Khas Jawa Balkondes Ngadiharjo

Bangunan Khas Jawa Balkondes Ngadiharjo



Apa kabar semuanya? Semoga baik ya. Nah kali ini Agungpsp kembali hadir untuk memberikan cerita pengalamanku saat mengunjungi Balkondes Ngadiharjo beberapa waktu lalu. Dari pada penasaran apa itu Balkondes yuk langsung saja.

Balai Ekonomi Desa atau yang lebih dikenal dengan istilah Balkondes adalah suatu bangunan yang merupakan program perwujudan BUMN kepada program pemerintah untuk meningkatkan jumlah kunjungan turis mancanegara ke Indonesia. Salah satu perwujudannya adalah Balkondes Ngadiharjo yang terletak di 5 kilometer dari Candi Borobudur, Desa Ngadiharjo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Hingga saat ini terdapat 20 Balkondes di setiap kelurahan di sekitar kawasan wisata Candi Borobudur. Balkondes-balkondes tersebut memiliki arsitektur khas rumah adat Jawa Tengah. Hal itu membuat balkondes ramai dikunjungi wisatawan baik lokal maupun wisatawan mancanegara.
Kali ini aku mengunjungi Balkondes Ngadiharjo. Balkondes Ngadiharjo merupakan salah satu balkondes yang cukup terkenal. Karena selain arsitekturnya yang unik, tempat ini juga luas, lokasinya terjangkau  dan hanya cukup membayar parkir saja Rp3.000 untuk sepeda motor.

Setelah mengunjungi Gereja Ayam di Bukit Rhema, aku dan temanku mengunjungi Balkondes Ngadiharjo. Lokasi Balkondes tidak terlalu jauh dari Bukit Rhema. Kami menyusuri jalanan pedesaan yang mulus dan tidak terlalu ramai. Inilah harapan kami, jalanan aspal mulus dan tiada hambatan. Walaupun seperti itu, namun jalanan terdapat banyak tanjakan, turunan dan tikungan tajam, jadi kamu harus tetap berhati-hati di jalanan ini.

Menelusuri Jejak Rangga & Cinta di Gereja Ayam Bukit Rhema

Kami melewati  jalan menuju Punthuk Setumbu Nirvana Sunrise, lokasi ini juga sangat terkenal dan menjadi daya tarik tersendiri bagi pelancong untuk menikmati matahari terbit dari atas bukit. Setelah beberapa lama, ternyata jalanan tidak sepenuhnya mulus. Kami memasuki jalanan kampung yang sudah rusak cukup parah. Hal ini tentu membahayakan bagi wisatawan yang tidak terbiasa dengan jalanan seperti itu, apalagi beberapa juga terdapat tikungan tajam.

Tak lama kemudian kami-pun sampai di Balkondes Ngadiharjo setelah sekitar 13 menit  perjalanan. Tidak ada pengamanan yang berarti, hanya tukang jaga parkir saja. Karena saat itu adalah hari Minggu, Balkondes Ngadiharjo cukup ramai wisatawan dari anak-anak, remaja hingga bapak-bapak dan ibu-ibu.


Balkondes Ngadiharjo
Balkondes Ngadiharjo


Disini cukup panas, namun aku langsung takjub dengan arsitektur bangunan khas Jawa yang sangat indah, karena aku memang suka dengan bangunan-bangunan klasik dan tradisional. Terdapat beberapa pilar yang entah aku  tak tahu maksudnya apakah ada makna atau hanya estetika saja, yang jelas pilar-pilar ini menjad spot foto yang paling banyak diminati wisatawan. Terdapat juga restauran dan homestay untuk tamu.


Balkondes Ngadiharjo
Balkondes Ngadiharjo


Dari kawasan balkondes kita dapat langsung melihat perbukitan Menoreh menjulang tinggi dan membentang dari timur ke barat. Tempat ini menjadi gerbang untuk wisatawan yang ingin  melihat perbukitan Menoreh lebih dekat. Keramahan warga pedesaan jawa menjadi ciri khas tempat ini. Hal itu  tentu akan membuat pengunjung yang menginap di guest house atau homestay balkondes Ngadiharjo akan merasa nyaman dan betah dan tentu saja keramah-tamahan ini menjadi hal baik yang dimiliki bangsa Indonesia untuk dibanggakan kepada dunia. 


Balkondes Ngadiharjo
Balkondes Ngadiharjo

Tak lama kemudian setelah mengambil beberapa foto, kami cukup puas dan segera pulang. Karena lokasi Balkondes yang memang di tengah areal persawahan membuat udara cukup panas.

Sekian postingan kali ini, semoga bermanfaat dan bisa dijadikan referensi. Jangan lupa untuk memberikan komentar dan share ya. Dan jangan lupa juga untuk follow instagram Agungpsp di @agungpsp.id . Tetap nantikan terus postingan Agungpsp.
Terima Kasih dan Sampai jumpa...

“Ibu dari segala seni adalah arsitektur. Tanpa arsitektur milik kita sendiri, kebudayaan kita tidak akan memiliki jiiwa.” (Frank Lloyd Wright)



Previous
Next Post »
Thanks for your comment